Di sinilah konsep co-living hadir sebagai solusi. Co-living bukan sekadar tempat menginap, melainkan ruang hidup bersama yang dirancang untuk para digital nomad, pekerja remote, hingga travel blogger yang haus akan inspirasi dan koneksi. Tren hunian modern ini sedang naik daun karena menggabungkan kenyamanan layaknya rumah dengan fasilitas pendukung kerja, ditambah atmosfer komunitas yang membuat penghuninya merasa tidak sendirian di perantauan.
Bayangkan, kamu bisa menyelesaikan deadline artikel sambil duduk di ruang kerja bersama yang estetik, lalu sore harinya ikut cooking class dengan teman-teman baru dari berbagai negara. Malamnya, suasana rooftop dengan pemandangan kota siap menemani brainstorming ide konten berikutnya. Hidup jadi lebih seimbang: kerja lancar, jalan-jalan pun tetap jalan.
Nah, di artikel ini saya akan membahas lebih dalam tentang apa itu co-living, mengapa konsep ini sangat cocok untuk traveler seperti kamu, serta memberikan rekomendasi properti co-living di kota-kota wisata Indonesia. Mulai dari Bali, Yogyakarta, Bandung, hingga Labuan Bajo—semua punya co-living space yang bukan hanya sekadar tempat tidur, melainkan juga pintu masuk menuju pengalaman hidup yang lebih bermakna.
Apa Itu Co-Living dan Mengapa Cocok untuk Travel Blogger?
Suasana Co
Bayangin kamu lagi jalan-jalan ke sebuah kota yang baru. Bukannya nginep di hotel yang serba formal atau kost-an yang kadang bikin sumpek, kamu malah tinggal di tempat yang vibes-nya mirip rumah kedua. Itulah yang disebut co-living. Konsep ini sebenarnya simpel: kamu berbagi ruang dengan orang lain, tapi tetap punya privasi di kamar sendiri. Jadi nggak ada tuh drama rebutan tempat tidur, karena tiap orang punya ruang personal. Bedanya, ada fasilitas bersama seperti dapur, co-working space, sampai area komunal yang sengaja didesain buat bikin hidup lebih seru dan produktif.
Buat seorang travel blogger, co-living tuh ibarat surga kecil. Pertama, ada fleksibilitas—kamu bisa sewa harian, mingguan, bahkan bulanan. Cocok banget buat yang hidupnya lebih sering pindah kota daripada pindah musim. Kedua, ada komunitas. Kamu bakal ketemu digital nomad dari berbagai belahan dunia. Bayangin ngobrol ngalor-ngidul sambil ngopi, eh tahu-tahu udah ada ide collab konten bareng.
Ketiga, soal fasilitas pendukung konten. Di era serba digital kayak sekarang, siapa sih yang nggak butuh Wi-Fi ngebut? Ditambah lagi banyak ruang kerja yang estetik, lengkap dengan spot foto Instagramable yang bisa bikin feed makin kece. Terakhir, yang nggak kalah penting: lokasi strategis. Hampir semua co-living ada di titik-titik emas—entah itu pusat kota, deket kafe kekinian, pantai cantik, atau atraksi lokal yang bisa jadi bahan cerita di blog.
Intinya, co-living bukan sekadar tempat tinggal, tapi lifestyle baru buat mereka yang ingin produktif sekaligus tetap punya ruang bersosialisasi. Buat travel blogger, ini bisa jadi rumah sementara yang nggak cuma nyaman, tapi juga penuh peluang.
Fitur Co-Living yang Wajib Dilirik Travel Blogger
Fitur Co-Living Idaman
Sebagai seorang travel blogger, memilih tempat tinggal sementara itu bukan cuma soal tidur nyenyak atau harga yang ramah kantong. Co-living kini jadi pilihan banyak pejalan karena bukan hanya menawarkan tempat tinggal, tapi juga pengalaman hidup bareng komunitas dengan vibe yang seru. Nah, biar perjalananmu makin produktif sekaligus menyenangkan, ada beberapa fitur penting yang harus kamu pastikan ada di co-living pilihanmu.
1. Internet cepat dan stabil itu harga mati
Percuma kalau pemandangan indah sudah di depan mata, tapi videomu gagal ter-upload atau live streaming mendadak buffering. Bagi travel blogger, koneksi internet bukan sekadar hiburan, tapi sudah jadi “nyawa” kerjaan.
2. Perhatikan juga adanya ruang kerja yang nyaman
Bayangin lagi asyik menulis cerita perjalanan atau edit foto, tiba-tiba punggung pegal karena kursi nggak mendukung. Ruang kerja dengan meja ergonomis, pencahayaan alami, plus suasana tenang jelas bikin ide mengalir tanpa hambatan.
3. Jangan sepelekan desain estetik
Interior yang kece bukan cuma bikin betah, tapi juga bisa jadi latar belakang instan buat foto atau video. Jadi, tanpa harus hunting tempat, kamu tetap bisa menghasilkan konten visual yang menarik.
4. Coba cari co-living yang membuka akses ke komunitas lokal
Banyak tempat co-living mengadakan kegiatan bareng, seperti tur singkat atau workshop. Aktivitas seperti ini bisa jadi bahan konten segar, sekaligus kesempatan memperluas jaringan.
5. Pastikan lokasinya strategis dekat destinasi wisata.
Dengan begitu, kamu bisa lebih efisien eksplorasi, mendapat lebih banyak cerita, dan tentunya lebih banyak stok konten untuk blog maupun vlog.
Jadi, kalau kamu travel blogger yang ingin perjalananmu tidak hanya seru tapi juga produktif, cek dulu fitur-fitur co-living ini sebelum booking. Karena tempat tinggal yang tepat, bisa jadi fondasi utama untuk karya yang menginspirasi.
Tantangan dan Solusi di Co-Living
Hidup di co-living itu seru banget, tapi jangan salah, ada aja tantangan yang bikin kita kudu pinter-pinter ngatur mood. Misalnya soal privasi. Bayangin lagi pengen rebahan tenang, eh tiba-tiba dari area komunal ada yang lagi karaokean atau ngobrol seru sampe lupa waktu. Nah, kalau kamu tipe yang gampang keganggu, pilih co-living yang udah dilengkapi kamar kedap suara bisa jadi penyelamat. Atau kalau nggak, atur jadwal kerja pas suasana lagi adem, misalnya pagi-pagi buta atau agak malem setelah “prime time” anak-anak nongkrong selesai.
Tantangan lain yang sering bikin kening berkerut adalah soal biaya sewa. Nggak bisa dipungkiri, harga co-living biasanya lebih mahal dibanding kos-kosan biasa. Tapi coba lihat dari sisi lain: di co-living kamu dapet fasilitas, koneksi, bahkan peluang kolaborasi. Jadi, cara nyiasatinnya bisa dengan cari paket bulanan, promo khusus digital nomad, atau hitung biaya itu sebagai bentuk investasi untuk networking sekaligus bikin konten. Siapa tahu dari obrolan santai di ruang komunal, malah lahir ide project bareng atau konten viral yang nambah cuan.
Rekomendasi Co-Living di Kota Wisata Indonesia
Buat kamu yang doyan jalan-jalan tapi tetap ingin produktif, co-living bisa jadi jawaban. Bayangin: bangun tidur di kota wisata, buka laptop di ruang kerja yang kece, terus sore harinya tinggal melipir ke pantai, sawah, atau kafe hits buat ngumpulin bahan konten. Hidup jadi seimbang antara kerja dan jalan-jalan. Nah, berikut beberapa rekomendasi co-living di Indonesia yang rasanya memang diciptakan buat para travel blogger:
1. Outpost Ubud Penestanan – Ubud, Bali
![]() |
Outpost Ubud Penestanan (sumber : google maps) |
2. Ama Wela Living by CPM Bali – Labuan Bajo, NTT
![]() |
Ama Wela Living by CPM Bali (sumber : google maps) |
Ama Wela Living by CPM Bali hadir sebagai salah satu pilihan hunian modern yang dirancang untuk menjawab kebutuhan para digital nomad di Pulau Dewata. Berlokasi strategis di kawasan yang dekat dengan pusat aktivitas wisata sekaligus suasana tenang khas Bali, Ama Wela Living menawarkan konsep co-living yang mengedepankan kenyamanan, komunitas, dan produktivitas.
Hunian ini dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung gaya hidup fleksibel, mulai dari ruang kerja bersama dengan koneksi internet berkecepatan tinggi, area santai yang inspiratif, hingga kamar pribadi dengan desain minimalis tropis. Tak hanya sebatas tempat tinggal, Ama Wela Living juga membangun ekosistem komunitas, di mana para penghuninya bisa saling terhubung, berkolaborasi, dan bertukar ide.
Bagi para digital nomad yang mencari keseimbangan antara bekerja, menjelajahi budaya lokal, dan menikmati keindahan Bali, Ama Wela Living menjadi jawaban ideal. Di sinilah konsep “work-life-holiday balance” benar-benar terasa nyata.
3. The Packer Lodge – Yogyakarta
![]() |
The Packer Lodger Yogyakarta (sumber : google maps) |
Kalau Jogja selalu bikin rindu, The Packer Lodge ini bikin kamu betah lama-lama. Nuansanya artsy, pas banget dengan karakter budaya Jogja yang penuh kreativitas. Dari sini, Malioboro tinggal sepelemparan batu, kafe lokal bertebaran di sekitarnya, dan atmosfernya mendorong kamu buat terus berkarya. Mau bikin vlog, hunting foto, atau sekadar nulis refleksi perjalanan, tempat ini jadi basecamp yang pas.
The Packer Lodge – Yogyakarta adalah salah satu pilihan akomodasi yang ramah bagi para digital nomad yang ingin merasakan atmosfer kreatif dan nyaman di Kota Gudeg. Mengusung konsep co-living dan hostel modern, tempat ini tidak hanya menawarkan kamar yang bersih dan cozy, tetapi juga ruang komunal yang hangat untuk bekerja maupun bersosialisasi.
Dengan fasilitas high-speed Wi-Fi, area kerja bersama, hingga suasana homey khas Jogja, The Packer Lodge menjadi titik temu ideal bagi para pekerja remote, freelancer, maupun pelancong kreatif yang butuh keseimbangan antara produktivitas dan gaya hidup santai. Lokasinya yang strategis dekat Malioboro juga memberi nilai tambah, karena memudahkan para digital nomad menikmati budaya, kuliner, dan energi kota yang selalu hidup.
4. Cove Vaia Coliving – Bandung
![]() |
Cove Vaia Coliving Bandung (sumber : google maps) |
Hadir sebagai salah satu destinasi hunian modern yang pas banget untuk mendukung gaya hidup digital nomad. Berlokasi strategis di tengah kota dengan akses mudah ke berbagai pusat kuliner, coworking space, dan hiburan, Cove Vaia menawarkan suasana tinggal yang nyaman sekaligus produktif.
Konsep coliving yang diusung membuat para penghuni bisa merasakan komunitas yang hangat, saling terhubung, dan penuh kolaborasi. Fasilitasnya pun dirancang sesuai kebutuhan para pekerja remote, mulai dari kamar pribadi yang cozy, area kerja bersama dengan koneksi internet stabil, hingga ruang santai yang mendukung kreativitas.
Bagi digital nomad yang mencari keseimbangan antara produktivitas dan gaya hidup sosial, Cove Vaia bisa jadi pilihan ideal. Tinggal di sini bukan hanya soal tempat beristirahat, tetapi juga pengalaman hidup yang mendukung networking, kreativitas, dan eksplorasi kota Bandung dengan cara yang lebih seru.
Tips Memaksimalkan Pengalaman Co-Living untuk Konten Travel Blog
Ngomongin soal co-living, tempat ini bukan cuma sekadar tempat tidur lalu berangkat lagi jalan-jalan. Buat seorang travel blogger atau digital nomad, co-living justru bisa jadi “tambang konten” kalau dimanfaatkan dengan tepat. Nah, biar pengalamanmu makin berwarna, coba deh maksimalkan beberapa hal berikut.
Pertama, mainkan sisi komunitasnya. Co-living biasanya punya vibe kekeluargaan yang kental. Ada acara BBQ komunal, movie night, sampai workshop kecil-kecilan bareng warga lokal. Jangan cuma ikut nimbrung lalu pulang, tapi dokumentasikan momen itu. Percaya deh, audiensmu bakal lebih suka konten yang berasa otentik ketimbang sekadar foto destinasi wisata yang itu-itu aja.
Kedua, manfaatkan setiap sudut fasilitasnya. Jangan remehkan co-working space yang kece atau rooftop dengan view kota. Itu bisa banget jadi spot buat foto OOTD atau sekadar background vlog produktivitasmu. Angle sederhana pun bisa terlihat estetik kalau dipadukan dengan cerita yang personal.
Ketiga, berbagi tips ala digital nomad. Misalnya, gimana caramu memilih co-living yang sesuai kebutuhan—apakah dekat dengan transportasi umum, punya internet kencang, atau ada fasilitas dapur yang memadai. Cerita kayak gini relatable banget buat para pembaca atau penonton yang juga pengen coba gaya hidup nomaden.
Terakhir, jangan lupa bangun kolaborasi. Anggap penghuni lain sebagai “partner in crime” dalam bikin konten. Bisa ajak tur bareng, bikin podcast santai, atau sekadar wawancara singkat soal gaya hidup mereka. Selain menambah variasi konten, kolaborasi juga bikin ceritamu terasa lebih hidup dan berwarna.
Pada akhirnya, co-living bukan cuma tempat transit, tapi ruang untuk bertemu cerita-cerita baru. Kalau jeli menangkap momen, setiap interaksi di sana bisa berubah jadi bahan konten yang seru buat travel blog atau channel YouTube-mu.
Jadi coba bayangin deh, pagi-pagi bangun di sebuah villa co-living di Canggu, aroma kopi Bali sudah menyeruak dari dapur bersama, sementara di luar jendela ombak pantai memanggil-manggil. Atau sore hari di Ubud, kamu ngetik artikel sambil ditemani suara jangkrik dan pemandangan sawah hijau yang bikin hati adem. Bahkan di Yogyakarta, suasananya beda lagi—lebih hangat, penuh budaya, dan selalu ada inspirasi baru di setiap sudut kotanya.
Nah, itulah enaknya co-living buat para travel blogger: bukan cuma tempat tidur nyaman, tapi juga ruang kreatif yang bikin ide ngalir deras, plus komunitas seru yang selalu siap berbagi cerita perjalanan. Jadi, coba bayangkan, co-living impianmu seperti apa? Yang dekat pantai, di tengah hutan, atau mungkin di kota penuh sejarah? Ceritain pengalamanmu di kolom komentar, atau kalau penasaran, langsung aja cobain salah satu rekomendasi co-living di atas buat melengkapi petualangan nomadenmu berikutnya!
0 Komentar