Advertisement

Responsive Advertisement

Simkuring dan Batik Fractal: Menyulam Warisan, Merajut Budaya & Menenun Inovasi


Cianjur
dan teknologi fractal mungkin terdengar seperti dua kutub yang berjauhan. Namun siapa sangka, di antara semangat menjaga tradisi dan keberanian menghadirkan inovasi, keduanya saling bertaut dalam satu nama: Simkuring Batik Cianjuran.

Didirikan oleh Dr. Widiasari pada tahun 2019, Simkuring lahir dari kegelisahan sederhana namun bermakna: bagaimana menjaga warisan batik tetap hidup, dan lebih penting lagi, tetap relevan. Kini, di bawah kepemimpinan Cindi Mulya Rustiani, Simkuring tumbuh menjadi pelaku batik yang tak hanya melestarikan motif, tetapi juga memaknai ulang fungsi batik dalam kehidupan sehari-hari.

Produksi Simkuring menggandeng para pembatik rekanan dari Cianjur dan daerah lain. Mereka bekerja dengan tangan, mewariskan teknik membatik dari generasi ke generasi—sebuah proses yang tidak bisa digantikan mesin. Hasilnya adalah beragam produk: dari blus dan gamis, hingga rok dan kemeja. Salah satu lini terkuat mereka justru terletak pada seragam batik pesanan, baik untuk instansi pemerintahan maupun komunitas. Produk ini tak hanya memperlihatkan komitmen Simkuring pada mutu, tapi juga pada keberlanjutan ekonomi para perajin lokal.

Namun, ada satu kolaborasi yang menjadikan Simkuring lebih dari sekadar rumah produksi batik. Ia menjalin kerja sama dengan Batik Fractal, inovator batik yang berangkat dari pertemuan dua dunia: seni dan sains.

Batik Fractal: Ketika Budaya Menjelma Algoritma


Batik Fractal adalah bentuk paling mutakhir dari pelestarian batik melalui pendekatan digital. Sejak berdiri pada 2007, mereka mengembangkan perangkat lunak bernama jBatik—sebuah tools berbasis algoritma yang memungkinkan desainer dan perajin menciptakan pola batik secara efisien dan terinspirasi dari kekayaan budaya Nusantara.

“Meski teknologinya modern, ide yang menghidupinya tetap berpijak pada akar budaya,” demikian salah satu pernyataan Batik Fractal dalam laman resminya. Dan benar adanya, pola-pola yang dihasilkan jBatik bukan sekadar geometri komputer, tetapi jejak-jejak naratif dari tradisi, filosofi, dan semangat Nusantara.

Melalui jBatik, proses desain yang biasanya memakan waktu berhari-hari kini dapat dilakukan dalam hitungan jam—tanpa kehilangan sentuhan keaslian karena tetap diproses secara manual oleh lebih dari 3.000 perajin mitra di seluruh Indonesia. Lilin panas, malam, canting, dan pewarna alami tetap menjadi elemen utama dalam produksi mereka. Inilah simfoni antara algoritma dan jemari ibu-ibu perajin, antara piksel dan pola warisan.

Padma Naga: Simbol Spiritualitas dalam Inovasi

Salah satu karya kolaboratif yang menonjol adalah koleksi Padma Naga. Koleksi ini menjadi simbol harmonisasi antara unsur air dan api, antara ketenangan dan keberanian. Dalam filosofi Timur, lotus atau padma melambangkan kebijaksanaan yang tumbuh dari kekeruhan, sementara naga adalah ikon kekuatan dan keberuntungan.

Desainnya diciptakan menggunakan software jBatik, kemudian diproses secara tradisional oleh pembatik Simkuring dan mitra lainnya, terutama dari Pekalongan. Hasilnya adalah produk yang tidak hanya cantik dari segi visual, tapi juga kaya akan makna spiritual dan kultural.

Lebih dari Produk, Sebuah Gerakan Budaya

Baik Simkuring maupun Batik Fractal menyadari bahwa batik bukan sekadar sandang. Ia adalah identitas budaya, narasi kolektif, dan alat perubahan sosial. Maka tak heran jika kedua entitas ini kerap terlibat dalam kegiatan riset, edukasi publik, bahkan diskusi akademik untuk menyuarakan pentingnya pelestarian batik sebagai kekuatan bangsa.

Simkuring hadir sebagai representasi lokalitas yang tangguh, menjaga tradisi dengan hati-hati. Di sisi lain, Batik Fractal menjembatani generasi baru—yang hidup di era digital—untuk tetap terhubung dengan akar budaya mereka, lewat teknologi dan estetika kontemporer.

Di tengah gempuran fast fashion dan budaya instan, batik—baik tulis maupun cap—masih menghadapi tantangan serius. Dari sisi pasar, edukasi konsumen masih perlu diperkuat. Dari sisi produksi, regenerasi pembatik muda dan perlindungan terhadap desain juga menjadi pekerjaan rumah.

Namun kolaborasi seperti yang dilakukan Simkuring dan Batik Fractal menghadirkan secercah harapan. Bukan hanya karena mereka menciptakan produk yang estetis, tetapi karena mereka menata ulang cara kita memahami batik: sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara lokalitas dan globalisasi, antara kreativitas dan teknologi.

Menjadi Bagian dari Gerakan Merawat Budaya

Melalui produk-produk seperti batik casual, batik uniform, textile, home décor, hingga merchandise dan gift, Simkuring dan Batik Fractal mengajak masyarakat untuk ikut merawat batik dengan cara yang bermakna. Memilih produk mereka berarti ikut serta dalam menghidupi ribuan perajin, merawat ekosistem warisan budaya, dan tentu saja, menyampaikan pesan: bahwa kita masih percaya batik bukan hanya tentang gaya, tapi tentang jati diri.

Dan dari Cianjur, kolaborasi ini terus tumbuh. Menjadi simpul budaya, simpul inovasi, dan simpul masa depan. Karena seperti kata mereka: pakai apa yang bermakna, pakai apa yang berdampak.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Jadi, apakah batik fractal itu adalah batik yang polanya dibuat komputer...? 🤔

    BalasHapus