Saya percaya, setiap daerah punya potensi yang luar biasa. Tapi sayangnya, tidak semua punya kesempatan untuk dilihat dan berkembang. Di sinilah saya merasa terpanggil. Saya bukan siapa-siapa, tapi saya percaya, lewat langkah kecil dan niat yang tulus, saya bisa ikut membantu pelaku UMKM, seniman lokal, dan pengelola destinasi wisata di sekitar saya agar mereka bisa terus maju dan berkembang.
Salah satu momen yang paling membekas dalam perjalanan saya adalah ketika saya ikut membantu mempromosikan Padepokan Tumaritis, sebuah padepokan seni yang dipimpin oleh Kang Iwa Kartiwa di Bandung Barat. Bagi saya, Kang Iwa bukan sekadar seniman, tapi penjaga warisan budaya yang luar biasa. Ia terus merawat tradisi wayang golek—salah satu kebanggaan budaya Sunda—dengan cara-cara tradisional yang diwarisi dari keluarganya.
Bayangkan, di tengah dunia yang serba digital dan serba instan, Kang Iwa masih memahat kayu satu per satu, memberi warna pada karakter wayang secara manual, dan tetap tampil sebagai pelaku seni dalam berbagai pertunjukan. Menjaga tradisi seperti ini bukan hal mudah, apalagi jika tidak ada dukungan dari banyak pihak. Maka, ketika saya berkesempatan mengenalkan padepokan ini ke ruang yang lebih luas, saya tidak berpikir dua kali.
Bulan Juni kemarin, saya dipercaya untuk terlibat dalam salah satu program Voluntrip, kolaborasi antara Kitabisa dan para relawan dari berbagai daerah. Ini bukan sekadar kegiatan sosial biasa, tapi menggabungkan unsur volunteer dengan pemberdayaan ekonomi kreatif lokal di destinasi wisata. Saya pun langsung mengajukan ide: “Bagaimana kalau kita libatkan Kang Iwa dan teman-teman dari Padepokan Tumaritis dalam kegiatan literasi budaya?”
Alhamdulillah, usulan saya diterima. Kami pun menggelar kegiatan di salah satu tempat favorit saya di Bandung Barat: Sanghyang Kenit. Tempat ini luar biasa indah—alami, tenang, dan punya aura magis tersendiri. Di sana, para peserta belajar mengenal sejarah wayang, memahami nilai-nilai di balik tokohnya, dan ikut menghias wayang golek buatan Kang Iwa. Melihat antusiasme mereka, saya merasa benar-benar bahagia.
Tapi jujur, yang ingin saya soroti bukan sekadar kegiatan Voluntrip-nya. Yang lebih penting bagi saya adalah bagaimana semua ini bisa jadi awal untuk mengoptimalkan potensi lokal. Saya ingin lebih banyak orang tahu bahwa di sekitar kita ada banyak pelaku ekonomi kreatif yang masih bertahan dengan cara-cara tradisional, namun membutuhkan dukungan agar bisa bertumbuh di era sekarang.
Bagi saya, membantu mereka bukan soal popularitas atau pencitraan. Ini soal tanggung jawab sebagai bagian dari komunitas. Saya sadar, tidak semua pelaku UMKM punya akses ke promosi digital, tidak semua seniman punya panggung untuk tampil, dan tidak semua pengelola destinasi wisata tahu cara mengelola potensi dengan maksimal. Tapi saya percaya, ketika kita saling bantu, saling dorong, dan saling dukung, hasilnya bisa luar biasa.
Saya akan terus berusaha, sebisa saya, untuk menjadi jembatan antara mereka yang punya potensi dan mereka yang bisa membantu. Kadang cukup dengan mempromosikan lewat media sosial, membuat konten, atau sekadar mengajak komunitas untuk mengenal lebih dekat para pelaku lokal ini. Hal-hal kecil, tapi bisa berdampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Dan buat kamu yang baca tulisan ini, percayalah… membantu daerah kita itu nggak harus nunggu jadi pejabat, atau punya proyek besar. Cukup mulai dari lingkungan terdekat. Dukung UMKM lokal. Tonton pertunjukan seni tradisi. Kunjungi wisata alam yang dikelola warga setempat. Kita semua bisa jadi bagian dari perubahan.
Saya Dede Diaz Abdurahman, dan ini bukan akhir cerita—ini baru permulaan.
16 Komentar
Setuju. Apalagi seperti kita2 ini yang berprofesi sebagai blogger. Kesempatan besar utk mempromosikan potensi yang ada di daerah kita. Seperti kulinernya, destinasi wisata alam, kesenian dan produk yang bisa dijual.
BalasHapusBetul pisan Bang Dikdik sebagai blogger kita punya ruang bebas buat ngenalin potensi daerah. Mulai dari kuliner unik, wisata alam yang eksotis, sampai produk lokal yang bisa bersaing. Tinggal gimana kita ngemas ceritanya biar makin menarik dan gampang nyampe ke pembaca.
HapusSalah satu alasan aku suka cerita di medsos ataupun blog soal UMKM atau kegiatan seni budaya ini nih. Berawal dari kalau beli sesuatu yang menarik tapi kesulitan cari tahu info lebih lanjut, jadi mikir kenapa nggak mulai aja buat berbagi tulisan kalau lagi ketemu yang bisa digali ceritanya. Syukur-syukur bisa "wawancara" singkat sama pengrajinnya, jadi ceritanya juga bisa lebih kaya.
BalasHapusBetul banget Mbak, aku juga sering ngerasain hal yang sama. Kadang nemu produk atau karya unik, tapi info detailnya minim banget. Jadi seru kalau kita tulis ulang versinya sendiri, apalagi kalau sempat ngobrol sama pengrajinnya langsung. Ceritanya jadi lebih hidup, nggak sekadar review tapi juga ada kisah di baliknya.
HapusSo Inspiring. Membantu sesama bisa dengan banyak cara yang kita bisa, ya, termasuk membantu UMKM. InsyaAllah kita pun sebagai blogger tentunya bisa kita berperan agar teman-teman pelaku usaha bisa terus maju dan berkembang
BalasHapusBetul banget Bang, kadang kita suka lupa kalau tulisan sederhana di blog bisa jadi jembatan rezeki buat UMKM. Lewat cerita, review, atau sekadar rekomendasi, insyaAllah dampaknya besar banget buat mereka berkembang
HapusPerlunya semua saling bantu membantu, Krn emang tidak semua UMKM punya akses promosi digital. Dan, kalau bisa seperti kita juga bisa ikut membantu UMKM di sekitar tempat tinggal kita
BalasHapusKadang yang dibutuhin UMKM itu bukan hal besar, tapi langkah kecil yang nyata mba Elva. Mulai dari beli produk mereka, bantu review, sampai share di medsos. Kalau bareng-bareng, efeknya bisa luar biasa
HapusAih sepakat. Energimu luar biasa Kang. Dengan bercerita di blog seperti ini, kita bisa membantu UMKM terdekat yang mungkin belum terjamah digital. Dan itu banyak di sekitar kita.
BalasHapusHaturnuhun Kang Raja 🙌. Kadang hal kecil kayak nulis cerita di blog bisa jadi dampak gede buat UMKM sekitar. Siapa tahu ada yang nyari info, nemu tulisan kita, terus akhirnya mereka dapet pelanggan baru.
HapusSebagai blogger, kita punya kesempatan besar juga untuk jadi ujung tombak dalam mempromosikan sesuatu dan begitulah cara kita berkontribusi ya, Kak. Seperti Kang Iwa yang masih mempertahankan seni secara murni dengan memahat wayangnya satu demi satu, kita juga selaku blogger menyalurkan pengalaman dengan setiap kata yang kita ketikkan. Semangat selalu ya, Kak.
BalasHapusKadang kita nggak sadar, tulisan sederhana di blog bisa jadi “jejak” yang berarti buat orang lain. Kayak Kang Iwa dengan pahatnya, kita pun punya “pahat” berupa kata. Semangat terus nulis ya, Mba
Hapusada banyak cara ya untuk membantu mengenalkan umkm ke masyarakat salah satunya seperti yang dilakukan kak dede ini. jujur salut juga sama kang iwa yang masih setia membuat wayang golek untuk melestarikan budaya kita
BalasHapusSaya juga percaya mba, kalau cara mengenalkan UMKM itu banyak jalannya, salah satunya mungkin dari tulisan, tinggal kita mau konsisten atau enggak. Semoga makin banyak UMKM lain yang ikut terangkat dan dikenal luas dengan dorongan dari para blogger.
HapusSepakat, untuk membantu orang ga perlu harus kaya dulu, dengan tenaga pun kita juga bisa membantu orang, yang penting ikhlas ya mbak
BalasHapusmenginspirsi lho ceritanya
Kadang kita suka lupa kalau bentuk bantuan itu nggak melulu soal uang. Senyum tulus, tenaga, bahkan telinga yang mau mendengar pun bisa jadi penolong. Yang penting memang ikhlas dan niat baiknya mbak Dyah
Hapus