Advertisement

Responsive Advertisement

Andai Punya Rp1,14 Miliar, Apakah Bisa Hidup Tenang Tanpa Bekerja?


Pernah gak kamu iseng membayangkan, “Gimana ya rasanya punya uang Rp1,14 miliar di rekening?” Duduk santai tiap pagi dengan secangkir kopi, tak perlu buru-buru buka laptop kerja, dan penghasilan tetap mengalir dari bunga bank. Hidup damai, tanpa tekanan, tanpa kejar-kejaran deadline. Ah, sebuah mimpi yang menggoda, bukan?

Beberapa waktu lalu, sambil ngopi sore dan melihat saldo e-wallet yang nyaris habis, saya iseng-iseng buka simulasi deposito BCA. Dalam benak saya muncul pertanyaan sederhana tapi menggelitik: kalau saya punya uang Rp1,14 miliar dan semuanya saya taruh di deposito, cukup nggak ya buat hidup sekeluarga dengan nyaman, tanpa harus kerja lagi?


Apakah Deposito Bisa Menjamin Hidup Tenang Tanpa Bekerja?


Mari kita buat simulasi kecil-kecilan. Misalkan saya tinggal di Bandung Barat—kota kecil nan adem dengan biaya hidup yang cukup bersahabat. Untuk keluarga kecil, suami istri dengan satu anak, yang hidup sederhana tanpa gaya hidup “healing” tiap weekend, biaya hidup bulanan kira-kira Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta. Itu artinya, kebutuhan per tahun berkisar antara Rp 42 juta hingga Rp 48 juta. Lalu, bagaimana kalau semua dana Rp1,14 miliar itu saya tempatkan di deposito?

Dari simulasi di situs resmi BCA, bunga deposito yang ditawarkan sekitar 2% per tahun. Maka, penghasilan kotor yang saya dapatkan dalam setahun sekitar Rp22,8 juta. Tapi tunggu dulu, ini belum dipotong pajak deposito sebesar 20%. Setelah dipangkas sana-sini, hasil bersihnya hanya sekitar Rp18 juta-an. Jauh dari kata cukup untuk membiayai hidup satu keluarga selama setahun.

Pindah ke bank sebelah, misalnya Bank Mandiri yang menawarkan bunga lebih tinggi, sekitar 2,5% per tahun. Kalau saya tempatkan dana yang sama di sana, hasil kotor setahun bisa mencapai Rp28,5 juta. Lebih besar, iya. Tapi tetap belum aman untuk membiayai hidup tanpa harus bekerja.

Dari sini mulai terlihat bahwa menyimpan uang miliaran rupiah di deposito bukan jaminan bisa hidup tenang. Setidaknya, tidak cukup jika kamu ingin hidup layak dan tetap punya ruang untuk pengeluaran tak terduga.


Apakah Benar Obligasi Jadi Alternatif Menarik?


Seorang teman saya—yang sudah jadi juragan kosan dan langganan investasi—pernah cerita kalau ia memindahkan sebagian dana ke instrumen obligasi, lewat Panin. Obligasi yang ia beli memberikan imbal hasil sekitar 6,5% per tahun. Kalau Rp1,14 miliar disimpan di obligasi jenis ini, maka dalam setahun potensi return-nya bisa mencapai Rp74,1 juta. Setelah dipotong pajak, hasil bersihnya masih cukup untuk menutupi kebutuhan hidup di kota seperti Magelang. Tingkat risikonya lebih tinggi dari deposito, tapi potensi imbal balik juga jauh lebih menarik.

Masuk ke ranah saham, ceritanya jadi lebih dinamis. Tidak ada angka yang pasti, tapi potensi keuntungannya juga jauh di atas deposito dan obligasi. Misalnya, saham BRI tahun lalu memberikan return sekitar 9%. Ada pula saham syariah pilihan teman saya—sebut saja Mbak Olen—yang bisa kasih return lebih dari 10%.

Satu lagi cerita dari teman saya yang aktif di Panin Sekuritas. Dulu dia sempat main deposito, pindah ke obligasi, lalu akhirnya mantap ke saham. Dengan belajar dan praktek sungguh-sungguh, dia bisa mengelola portofolionya hingga cukup menghasilkan. Bahkan, katanya pernah menghadiahi ibunya tas branded dari cuan saham. Hebat? Iya, tapi itu karena dia mau belajar. Rajin nanya, peka terhadap risiko, dan sabar.


Pilih Instrumen yang Sesuai Karakter


Mau pilih deposito, obligasi, atau saham—semuanya sah-sah saja. Tidak ada yang paling benar atau paling menguntungkan. Semua kembali ke profil risiko, preferensi pribadi, dan tujuan keuangan. Kalau kamu tipe yang nggak mau ribet dan pengin tidur nyenyak, deposito mungkin cocok. Kalau kamu mau hasil lebih besar dan siap belajar, saham bisa jadi lahan cuan. Yang jelas, punya uang dulu adalah langkah awalnya.

Jadi, kalau kamu tiba-tiba dapat rezeki nomplok Rp1,14 miliar, jangan buru-buru resign dari kerjaan. Belajar kelola uangnya dulu, baru pikirkan mau hidup dari mana. Karena uang memang bisa bikin tenang, asal dipakai dengan bijak. 



Posting Komentar

0 Komentar