Advertisement

Responsive Advertisement

Melihat Perkembangan Batik Tasikmalaya Dalam Kacamata Budaya Sunda

Batik tulis Tasikmalaya

Jika berbicara tentang batik di Jawa Barat, tentunya kita akan cenderung menyebut batik Cirebon yang terkenal dengan motif Mega Mendung. Padahal menurut Yayasan Batik Jawa Barat, ada sekitar 6 daerah di Jawa Barat yang memiliki jenis batik yang tercatat hingga saat ini. Salah satunya adalah Batik Priangan dengan motif flora dan fauna hutan dengan warna lembut yang merupakan hasil batik dari daerah Tasikmalaya, Garut, atau juga Ciamis yang mayoritas penduduknya suku Sunda. Sejak awal kemunculannya, batik Tasikmalaya telah menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya masyarakat Sunda khususnya Tasikmalaya. Batik Tasikmalaya mulai dikenal pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, dipengaruhi oleh perkembangan batik di daerah Cirebon, Pekalongan, dan Solo. Meskipun tak sepopuler batik dari daerah lain, batik Tasikmalaya memiliki ciri khas tersendiri yang memadukan motif-motif alam dengan sentuhan budaya lokal.

Keberadaan batik di Tasikmalaya tak lepas dari peran penting para pengrajin lokal yang dengan tekun melestarikan tradisi ini. Seiring waktu, motif batik Tasikmalaya berkembang dan beradaptasi dengan selera pasar, namun tetap mempertahankan akar budayanya. Motif-motif yang menggambarkan flora dan fauna khas Sunda menjadi identitas kuat dari batik Tasikmalaya, membuatnya berbeda dan unik di antara batik lainnya. Salah satunya adalah motif Merak Ngibing, yang menggambarkan sepasang Merak yang berhadap-hdapan dengan ekor terkembang. Hingga kini, batik Tasikmalaya terus berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama dalam acara-acara adat dan upacara penting.

Pergeseran Budaya Sunda Dalam Penggunaan Batik

Masyarakat Sunda (Priangan) telah mengenal ragam hias batik sejak abad ke-12 berdasarkan naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian, yang berisi mengenai pandangan dan tata cara hidup masyarakat Sunda. Dalam masyarakat Sunda, batik pada awalnya bukanlah pakaian sehari-hari. Penggunaannya lebih dominan pada acara-acara resmi, upacara adat, atau sebagai kain penutup dalam acara kebesaran. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan batik di kalangan masyarakat Sunda mengalami pergeseran yang signifikan. Modernisasi dan globalisasi telah membawa perubahan dalam cara pandang masyarakat terhadap batik. Kini, batik tidak lagi dianggap sebagai busana yang hanya digunakan dalam upacara atau acara formal, tetapi telah menjadi bagian dari busana sehari-hari yang fashionable dan praktis.

Perubahan ini tentu membawa dampak positif bagi perkembangan batik, termasuk batik Tasikmalaya. Melalui inovasi dan kreativitas para pengrajin, batik kini hadir dalam berbagai bentuk dan model yang lebih modern dan sesuai dengan tren busana masa kini. Bukan hanya digunakan oleh generasi tua, batik kini telah menjadi bagian dari gaya hidup anak muda, terutama di kalangan masyarakat Sunda. Dengan motif yang lebih bervariasi dan desain yang lebih kekinian, batik Tasikmalaya berhasil merambah pasar yang lebih luas, baik lokal maupun internasional.

Tantangan yang Dihadapi Pengrajin Batik Tasikmalaya

Contoh Batik Cap di Batik Agnesa 

Meskipun batik Tasikmalaya terus berkembang dan diakui keberadaannya, para pelaku industri batik di daerah ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah. Salah satunya adalah tantangan yang dihadapi oleh pengrajin Batik Agnesa, sebuah usaha batik yang telah berdiri sejak tahun 1970 di Tasikmalaya. Pengrajin Batik Agnesa dikenal dengan batik cap dan tulis dengan kualitasnya yang bagus dan motif-motifnya batik tulisnya yang khas yang menggambarkan keadaan alam seperti rawa, hutan, batu, tumbuhan maupun benda, atau elemen yang ada di lingkungan sekitar. Diantara beberapa contoh motif tersebut adalah motif serat kayu, awi nagaramat, batu numpuk, daun taleus, jahe dan daun kadaka. Warnanya didominasi warna-warna keceriaan warna latar biru, kuning, hijau, orange, merah, dan cokelat. Ciri lain dari Batik Agnesa adalah warnanya cerah dengan banyak variasi.

Namun seperti banyak usaha batik lainnya, mereka harus berjuang keras untuk bertahan di tengah gempuran produk-produk batik murah dari luar daerah. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pengrajin batik di Tasikmalaya adalah masalah regenerasi. Semakin sedikit generasi muda yang tertarik untuk meneruskan usaha batik keluarga, terutama karena industri ini dianggap kurang menguntungkan dibandingkan dengan pekerjaan lain yang lebih modern. Selain itu, akses terhadap bahan baku berkualitas juga menjadi tantangan tersendiri. Pengrajin batik sering kali kesulitan mendapatkan bahan baku yang berkualitas dengan harga terjangkau, sementara harga jual batik yang rendah membuat margin keuntungan semakin tipis.

Tantangan lainnya adalah persaingan dengan produk-produk batik tiruan yang diproduksi secara massal dengan harga yang jauh lebih murah. Produk-produk ini sering kali meniru motif batik tradisional, namun diproduksi dengan cara yang tidak sesuai dengan tradisi dan teknik batik yang sesungguhnya. Hal ini tentu merugikan pengrajin lokal yang telah bekerja keras untuk menghasilkan batik dengan kualitas tinggi. Dan hingga saat ini pun, permasalahan tersebut belum ada tindak lanjut yang jelas dari pihak-pihak terkait.

Upaya Melestarikan dan Mengembangkan Batik Tasikmalaya

Batik Agnesa Tasikmalaya

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan berbagai upaya baik dari pengrajin, pemerintah, maupun masyarakat. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai budaya dan ekonomi batik tradisional. Edukasi tentang proses pembuatan batik, mulai dari tahap awal hingga akhir, perlu lebih digencarkan. Dengan demikian, masyarakat diharapkan lebih menghargai batik asli dan tidak hanya tertarik pada harga yang murah.

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan industri batik Tasikmalaya. Dukungan dapat berupa penyediaan akses kepada bahan baku berkualitas, pelatihan dan workshop untuk meningkatkan keterampilan pengrajin, serta promosi dan pemasaran yang lebih luas baik di dalam maupun luar negeri. Program-program seperti festival batik atau pameran produk lokal dapat menjadi wadah yang efektif untuk mengenalkan batik Tasikmalaya kepada masyarakat yang lebih luas.

Batik Agnesa, sebagai salah satu pengrajin yang telah lama berkecimpung di industri ini, juga berupaya melakukan inovasi untuk tetap relevan di pasar. Salah satu strategi yang mereka lakukan adalah mengembangkan motif-motif baru yang lebih modern tanpa meninggalkan akar tradisionalnya. Mereka juga mulai memperluas pemasaran melalui media digital, seperti media sosial dan toko online, untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Beberapa koleksi Batik Agnesa 

Batik Tasikmalaya adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Sunda yang kaya dan beragam. Sejarahnya yang panjang dan penuh dengan nilai-nilai tradisi menjadikan batik ini sebagai salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi ekonomi maupun budaya, semangat para pengrajin batik Tasikmalaya untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan ini patut diacungi jempol.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik itu pengrajin, pemerintah, maupun masyarakat, batik Tasikmalaya dapat terus berkembang dan menjadi simbol kebanggaan budaya Sunda di masa depan. Batik bukan hanya sekadar kain, tetapi juga sebuah identitas, sebuah cerita yang harus terus diceritakan kepada generasi mendatang. Di tengah arus modernisasi, batik Tasikmalaya tetap berdiri tegak sebagai saksi bisu perjalanan panjang budaya Sunda yang penuh warna.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Batik sekarang bisa dipakai kapan saja dan dimana saja. Batik tasik ternyata ada yg warnanya cerah juga ya. Keren

    BalasHapus
  2. Wah, baru tau nih ada batik dari daerah jawa barat...

    BalasHapus